Minggu, 20 Januari 2013



RINDU JALAN YANG ENGKAU RIDOHI
Ya Allah, dalam sujud panjangku tengah malam ini, aku ingin mengadu sejadi jadinya.

Hidupku sekarang seperti jauh dariMu.
menjauh, semakin jauh.

Aku jarang memohon dalam setiap doa, apalagi mohon ampun atas segala dosa. yang ada hanya sekedar menunaikan kewajiban dan, selesai.
Serasa suci dan terbebas dari kata dosa, tak sedikitpun doa yang keluar. Bahkan, untuk berzikir barang beberapa menit pun tidak.
Ya Allah, entah apa yang ada dipikiranku sekarang. Mungkin terisi sesak oleh setan setan yang setiap harinya pesta pora karena telah berhasil membuatku tak berdaya.

Mungkin juga sudah tak ada lagi yang 'mengaturku' di sini. Aku bebas melakukan apapun yang aku mau, termasuk, contoh kecilnya, solat subuh saat matahari telah bertengger dengan perkasa menjalankan tugasnya.

Aku seperti sendiri sekarang, menjalani hidup yang luar biasa dahsyat. Tak ada yang menopang untuk menjadi lebih baik, khususnya dalam hal merengkuhMu, Ya Allah. Harusnya aku bisa sendiri, mandiri. Tapi yang ada, ternyata aku masih anak kecil yang harus dibimbing.

Ya Allah,
aku harus apa?? aku lelah menjalani hidup yang jauh dariMu. Ingin dekat, tapi dunia ini kembali menghasut, atau malah sebenarnya, setan itu aku sendiri yang tak mau berubah?
aku rindu untuk terus mengadu seperti ini setiap malam. Tapi aku terlena dengan aktivitas dunia yang memakan banyak waktu dan menyerap cukup tenaga.
Ya Allh
dengan sujudku dan air mataku di tengah malam ini aku memohon padaMu
Ya Allah
aku rindu jalan yang Engkau ridohi Ya Allah
Ya Allah
dengan sujud panjangku di malam ini aku harap rahmatMu untuk kembali ke jalan yang Engkau ridoho Ya Allah.




Sabtu, 17 November 2012

“Beramallah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya; beramallah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok.”





DUNIAmu atau AKHIRATmu








“Beramallah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya;


beramallah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok.”


(KATA MUTIARA)


Apa maksud dari kata mutiara di atas ini?


Begini. Seandainya atasan Anda di kantor memberi Anda 2 tugas: tugas A dan tugas B. Tugas A dikumpulkan setahun lagi, sedangkan tugas B dikumpulkan besok. Kira-kira apa yang akan Anda lakukan?


Jelas. Anda tentu akan fokus, serius, dan konsentrasi penuh mengerjakan tugas B. Adapun tugas A akan Anda kerjakan santai saja. Sebab ngumpulinnya masih lama.




Nah, kira-kira semakna dengan inilah maksud dari kata mutiara di atas. Kalau mengerjakan urusan akhirat (ibadah), maka kita harus serius dan bergegas. Sebab bisa jadi besok nyawa kita akan dicabut. Kalau nyawa kita benar-benar dicabut besok, dan sekarang kita serius beramal ibadah sebagai bekal di akhirat, mudah-mudahan kita bisa mati dalam keadaan husnul khotimah. Dan kita berharap pahala ibadah kita cukup sebagai bekal masuk Surga. Sedangkan untuk masalah dunia kita kerjakan santai saja. Jangan terlalu berambisi. Bekerja saja sesuai kebutuhan. Jangan berlebihan yang membuat kita lalai dari beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.




Nah, dari sedikit penjelasan ini jelaslah kekeliruan sebagian orang yang berpendapat, “Dalam masalah dunia dan akhirat kita harus fifty-fifty”. Sebab, dunia ini nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan akhirat. Kita tentu pernah mendengar sabda Rosululloh Shollallahu ‘alaihi wa Sallam:


“Tidaklah dunia itu dibanding dengan akhirat melainkan bagaikan salah seorang dari kalian yang memasukkan jarinya ke dalam lautan.


Maka, perhatikanlah air yang menempel dijari itu!”


(HR. Muslim)




Beliau Shollallahu ‘alaihi wa Sallam juga pernah bersabda:


“Seandainya dunia ini di sisi Alloh punya nilai setara dengan sebelah sayap nyamuk niscaya Alloh tidak akan memberi minum seorang kafir seteguk air pun.” (HR. At-Tirmidzi, dishahihkan As-Syaikh Al-Albani rohimahullohdalam Ash-Shahihah no. 940)


Tatkala Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam lewat di sebuah pasar sementara orang-orang berada di sekitarnya, beliau melewati bangkai seekor anak kambing yang cacat telinganya. Beliau memegang telinga bangkai hewan tersebut, lalu berkata:


“Siapa di antara kalian ingin memiliki bangkai anak kambing ini dengan membayar satu dirham?”
“Kami tidak ingin memilikinya walau dengan membayar sedikit, karena apa yang akan kami perbuat dengannya?” jawab mereka yang ditanya.
Beliau kembali mengulang pertanyaannya, “Apakah kalian ingin bangkai anak kambing ini jadi milik kalian?”
“Demi Alloh, seandainya pun hewan ini masih hidup, ia cacat, telinganya kecil, apatah lagi ia sudah menjadi bangkai!” jawab mereka.
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maka demi Alloh, sungguh dunia ini lebih hina bagi Alloh daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian.”


(HR Muslim)


Jadi –sekali lagi- dunia ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan akhirat. Namun bukan berarti kita lantas meninggalkan dunia. Tidak! Tetap kita harus beramal di dunia ini. Namun kita harus ingat. Jangan kita jadikan dunia sebagai tujuan utama kita!


Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,


“Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Alloh akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan (tidak pernah merasa cukup) selalu ada di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Alloh tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai niat (tujuan utama)nya maka Alloh akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan (selalu merasa cuku) ada dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“.


(HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680) dan lain-lain dengan sanad yang shahih, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Bushiri dan Syaikh al-Albani).


Namun sayang…


“Tetapi kalian lebih mengutamakan kehidupan duniawi.


Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”.


(QS. Al’A’laa [ 87]: 16-17)

Minggu, 08 Juli 2012


 

 
MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADHAN
Alhamdulillah, tidak lama lagi kita akan menyambut bulan Ramadhan yang mulia. Nah, berkaitan dengan hal ini terdapat sebuah doa yang diamalkan banyak orang, untuk menyambut bulan Rajab dan Sya’ban serta Ramadhan. Doa tersebut berbunyi:
اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان
(Allahumma baarik lana fii Rajaba wa Sya’baana Wa Ballighna Ramadhana)
Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban. Dan izinkanlah kami menemui bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan berkah, bulan yang sangat diistimewakan oleh Allah SWT, didalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, di dalamnya penuh dengan rahmah, ampunan dan pembebasan dari api neraka, bulan yang dirindukan kedatangannya dan ditangisi kepergiannya oleh orang- orang yang shalih. Pada bulan Ramadhan inilah kaum muslimin seharusnya melakukan pengembaraan ruhani dengan mengekang nafsu syahwat dan mengisi dengan amal-amal yang mulia. Semua itu merupakan momen dan sekaligus sarana yang baik untuk mencapai puncak ketaqwaan. Dosa dan kekhilafan juga merupakan sasaran yang akan kita hapuskan dalam bulan Ramadhan ini.
Untuk mendekatkan sasaran tersebut, kiranya perlu menyambut tamu Allah SWT yang agung ini dengan mengadakan pembekalan ruhani dan pengetahuan tentang bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Diantara bekal-bekal yang harus dimiliki dalam menyongsong bulan mulia ini adalah

1. Mempersiapkan persepsi yang benar tentang bulan Ramadhan
Untuk memberikan motivasi beribadah di bulan Ramadhan dengan optimal, sebelum Ramadhan datang Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabatnya guna memberikan persepsi yang benar dan mengingatkan betapa mulianya bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadits yang panjang Rasulullah SAW bersabda:
Dari Salman ra. Beliau berkata: Rasulullah berkhutbah ditengah-tengah kami pada akhir Sya’ban, Rasulullah bersabda: Haimanusia, telah menjelang kepada kalian bulan yang sangatagung, penuh dengan barakah, didalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan dimana Allah SWT telah menjadikan puasa didalamnya sebagai puasa wajib, qiyamullailnya sunnah, barangsiapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan amalan wajib tujuh puluh kali pada bulan lainnya dst. (HR. Ibnu Huzaimah, beliau berkata: hadits ini adalah hadits shahih)

2. Membekali diri dengan ilmu yang cukup
Sasaran dari ibadah puasa adalah untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita. Untuk itu, ibadah puasa harus dilakukan dengan tatacara yang benar, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Banyak orang berpuasa yang tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar. Dan banyak orang shalat malam, tidak mendapat apa-apa dari shalatnya kecuali begadang. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah).
Barangsiapa tidak meninggalkan kata-kata dusta (dalam berpuasa) dan tetap melakukannya, maka Allah SWT tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya. (HR. Bukhari)
Dari dua hadits di atas bisa disimpulkan bahwa membekali diri dengan segala ilmu yang berkaitan dengan puasa Ramadhan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan kita untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kita melalui bulan Ramadhan yang mulia ini.

3. Melakukan persiapan jasmani dan ruhani
Sebelum masuk bulan Ramadhan, Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita agar banyak melakukan ibadah puasa di bulan Sya’ban. Dengan berpuasa di bulan Sya’ban berarti kita telah mengkondisikan diri, baik dari sisi ruhiyah maupun jasadiah. Kondisi ini akan sangat positif pengaruhnya dan akan mengantarkan kita dalam menyambut Ramadhan dengan berbagai ibadah dan amalan yang disunnahkan. Di sisi lain, tidak akan terjadi lagi gejolak fisik dan proses penyesuaian terlalu lama seperti banyak terjadi pada orang yang pertama kali berpuasa, misalnya lemas, badan terasa panas, tidak bersemangat, banyak mengeluh, dsb

4. Memahami keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan diciptakan Allah SWT penuh dengan keutamaan dan kemuliaan. Maka mempelajari dan memahami keutamaan dan kemuliaan tersebut akan memotifasi kita untuk lebih meningkatkan amal ibadah kita. Diantara keutamaan dan kemuliaan bulan Ramadhan adalah :
a. Bulan kaderisasi taqwa dan bulan diturunkannya Al Qur’an
Allah SWT berfirman :
Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agarkamu bertaqwa, (QS:AI-Baqarah:183)
Bulan Ramadhan bulan yang didalamnya diturunkan AI-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda(antara yang hak dan yang bathil) maka barang siapa mendapatkannya hendaklah iapuasa. (QS:AI-Baqarah:185)
b. Bulan paling utama, bulan penuh berkah
Rasulullah SAW bersabda:
Bulan paling utama adalah bulan Ramadhan, dan hari yang paling mulia adalah hari Jum’at.
Dari Ubaidah bin Sharnit, bahwa ketika Ramadhan tiba. Rasulullah bersabda: Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan yang penuh berkah, pada bulan itu Allah SWT akan memberikan naungan~Nya kepada kalian, Dia turunkan rahmat-Nya, Dia hapuskan kesalahan-kesalahan dan Dia kabulkan do’a. Pada bulan itu Allah SWT akan melihat kalian berlomba melakukan kebaikan. Allah SWT akan membanggakan kalian di depan Malaikat. Maka perlihatkanlah kebaikan diri kalian kepada Allah SWT, sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan itu tidak mendapat rahmatAllah SWT. (HR. Tabrani).
c. Bulan ampunan dosa, bulan peluang emas melakukan ketaatan
Rasulullah SAW bersabda:
Antara shalat lima waktu, dari hari jum’at sampai jum’at lagi, dari Ramadhan ke Ramadhan, dapat menghapuskan dosa-dosa kecil apabila dosa-dosa besar dihindarkan. (HR. Muslim)
Barang siapa puasa karena iman dan mengharap pahala dari Allah SLVT ia akan diampuni semua dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari-Muslim)
Apabila bulan Ramadhan telah datang pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan dibelenggu. (HR. Bukhari-Muslim)
d. Bulan dilipatgandakannya pahala amalshalih
Rasulullah SAW bersabda:
Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan menjadi sepuluh kali lipat sampal tujuh ratus kali lipat, Allah SWTberfirman: “Kecualipuasa, puasa itu untuk Ku dan Akulah yang akan membalasnya. la tinggaikan nafsu syahwat dan makanannya semata-mata karena Aku”. Orang yang berpuasa mendapat dua kebahagiaan ketika berbuka, dan ketika berjumpa Rabb-nya. Bau mulut orang yang berpuasa disisi Allah SWTIebih wangi daripada bau parfum misik.” (HR. Muslim)
Rabb-mu berkata: “Setiap perbuatan baik (di bulan Ramadhan) dilipatgandakan pahalanya sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Puasa untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai dari api neraka, bau mulut orang yang berpuasa disisi Allah SWT lebih wangi dari parfum misik. Apabila orang bodoh berlaku jahil kepada seseorang diantara kamu yang sedang berpuasa, maka hendaklah kamu katakan: “Saya sedang puasa.” (HR. Tirmidzi)
e. Bulan jihad dan kemenangan
Sejarah telah mencatat, bahwa pada bulan suci Ramadhan beberapa kesuksesan dan kemenangan besar diraih ummat Islam. Ini membuktikan bahwa bulan Ramadhan bukan merupakan bulan malas dan bulan lemah, tapi bulan Ramadhan adalah bulan jihad dan kemenangan.
Perang Badar yang diabadikan dalam AI-Qur’an sebagai “Yaumul Furqan”, ummat Islam meraih kemenangan besar pada tanggal 17 Ramadhan tahun 10 Hijriyah dan saat itu juga gembong kebathilan Abu Jahal terbunuh. Pada bulan Ramadhan, Fathu Makkah(pembebasan kota Makkah) yang diabadikan oleh AI-Qur’an sebagai “Fathan Mubina”, terjadi pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 Hijriah.
Perang “Ain Jalut” menaklukan tentara Mongol terjadi pada bulan Ramadhan, tepatnya pada tanggal 25 Ramadhan 658 Hijriah. Andalusia(Spanyol) ditaklukan oleh tentara Islam dibawah pimpinan Tariq bin Ziyad juga terjadi pada bulan Ramadhan, yaitu pada tanggal 28 Ramadhan 92 Hijriah.